Selasa, 17 Maret 2020

Kelas 6 D dan B

Pelajaran Agama Islam.
Untuk kls 6 B dan D

Membiasakan Berinfak Dan Bersedekah

1. Apakah arti kata infak?

Infaq Adalah Berbagi

infaq adalah

Pengertian infaq adalah berasal dari kata anfaqayunfiqu yang artinya membelanjakan atau membiayai yang berhubungan dengan usaha realisasi perintah-perintah Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Kelima infaq adalah pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam.
Oleh karenanya, infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang telah ditentukan secara hukum. Infaq juga tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan dapat diberikan kepada siapapun seperti keluarga, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang orang yang sedang dalam perjalanan jauh. Dengan demikian infaq adalah membayar dengan harta, mengeluarkan dengan harta dan membelanjakan dengan harta.

Perintah Infaq Adalah untuk Kebaikan

Tujuannya bisa untuk kebaikan seperti donasi atau sesuatu yang bersifat untuk diri sendiri. Perintah supaya seseorang membelanjakan harta tersebut untuk dirinya sendiri ada di dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًالِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya:
Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Tagabun: 16)
Sedangkan perintah untuk memberi nafkah istri dan keluarga menurut kemampuan juga telah dijelaskan dalam firman Allah SWT sebagai berikut:
لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّآتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدعُسْرٍ يُسْرًاَ ا
Artinya:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At-Thalaq: 7)
Dalam membelanjakan harta harta itu hendaklah yang dibelanjakan merupakan harta yang baik dan bukan yang buruk, khususnya dalam menunaikan infaq berdasarkan firman Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah ayat 267 yang berarti:
Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagaian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan denagan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah: 267)

Macam-macam Infaq


jenis infaq
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam, diantaranya adalah sebagai berikut
  1. Infaq Adalah Mubah

    Jenis Infaq mubah merupakan sebuah tindakan mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang dan bercocok tanam.
  1. Infaq Adalah Wajib

    Bentuk Infaq wajib merupakan pengeluaran harta untuk perkara yang wajib seperti membayar mahar (maskawin), menafkahi istri, dan menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah.
  1. Infaq Adalah Haram

    Jenis Infaq haram merupakan sebuah tindakan mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan Allah, seperti:

a. Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam

Seperti firman Allah SWT dalam Surat Al-Anfal ayat 36 yang berbunyi:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk mengahalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan kedalam Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal [8]: 36)

b. Infaqnya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah.

Berdasarkan firman Allah SWT di dalam Surat An-Nisa ayat 38, yang berbunyi:
وَالَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ ۗ وَمَنْ يَكُنِ الشَّيْطَانُ لَهُ قَرِينًا فَسَاءَ قَرِينًا
Artinya:
Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya.” (QS. An-Nisa [4]: 38)
  1. Infaq Sunnah

    Infaq sunnah ini yaitu mengeluarkan harta dengan niat shadaqah. Jenis ini terbagi kedalam dua kategori, yaitu; infaq untuk jihad dan infaq kepada yang membutuhkan.
Kesimpulannya, infaq adalah sebuah kegiatan membelanjakan atau mengeluarkan harta kita tanpa ada nisab atau ukuran seberapa banyaknya harta yang harus dikeluarkan seperti zakat. Kamu dapat menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan mu dengan menyisihkan sebagian uang untuk berinfaq.
Pelajaran Akidah Akhlak.
Untuk kls 6 B
Meneladani Nabi dan Rasul.
1. Nabi Ayub as.
Nabi Ayub adalah cucu dari Nabi Ishaq bin Ibrahim as. Seluruh umat manusia mengenal beliau sebagai sosok seorang Nabi Allah yang memiliki tingkat kesabaran yang paling tinggi dalam menghadapi cobaan dari Allah swt.

kisah-lengkap-nabi-ayub

Kekuranagan harta benda, menderita sakit yang berkepanjangan, dan bahkan kehilangan nyawa anak-anak beliau, semua itu tidak dapat meruntuhkan benteng keimanan Nabi Ayub as. Justru sebaliknya, semua itu semakin menambahkan cinta dan ketaatannya kepada Allah swt. Beliau senantiasa beribadah kepada Allah swt, dalam keadaan suka maupun duka, sehat maupun sakit, dan kaya maupun miskin.

Di negeri tempatnya berpijak beliau dan keluarganya dikenal sebagai orang yang kaya-raya lagi dermawan. Harta yang melimpah ruah, rumah dan gedung-gedung indah yang dimilikinya, perhiasan emas dan perak, serta tanaman dan hasil bumi yang dihasilkannya, tidak menjadikan beliau sombong dan angkuh. Justru beliau dan keluarga (istri dan anak-anaknya) selalu membantu orang-orang fakir yang miskin, anak-anak yatim, dan janda-janda tua yang hidupnya serba kekurangan.

Oleh karena itu, tidak ada satu orang pun dari penduduk setempat yang meminta bantuan kepada keluarga Nabi Ayub, pulang  dengan tangan hampa. Tidak heran, apabila seluruh orang memuji atas kebaikkan dan kedermawanan beliau. Sanjungan tersebut tidak hanya datang dari golongan manusia, bahkan para malaikat pun turut memuji amal saleh yang dilakukan oleh Nabi Ayub as.

Cobaan Untuk Nabi Ayub

Nabi Ayub dikenal sebagai nabi yang sangat  kuat keimananya. Iblis merasa cemburu dan sakit hati mendengar pujian malaikat terhadap kekuatan iman Nabi Ayub. Iblis merayu Nabi Ayub agar meninggalkan perintah Allah .Namun, hal itu tidak berhasil.

Iblis menemui Allah dan berkata, “Tuhan, Ayub  itu sebenarnya tidak ikhlas sujud kepada-Mu. Dia hanya  menginginkan nikmat kekayaan dan anak sebagai pewarisnya.” Allah ingin membuktikan bahwa Nabi Ayub memang seorang yang beriman, sabar, dan tabah dalam menghadapi segala ujian. Kemudian, Allah memberikan izin kepada iblis untuk menghasut Ayub agar lalai beribadah.

Iblis  memusnahkan seluruh harta benda Nabi Ayub. Nabi Ayub pun menjadi bangkrut. Kemudian iblis merobohkan rumah Nabi Ayub. Seluruh anak-anak Nabi Ayub yang berada di dalam rumah meninggal. Kemudian, iblis  menyamar sebagai seorang lelaki. Iblis itu berkata kepada Nabi Ayub. “Tiada berguna engkau rajin beribadah karena  Allah Yang Maha Kuasa itu pun tidak mau menyelematkanmu.” Nabi Ayub menjawab, “Wahai iblis, semua yang aku miliki selama ini adalah pinjaman dari Allah saja. Kini sudah tiba saatnya Allah mengambilnya. Hanya Allah yang berkuasa atas segala-galanya.”

Iblis sangat marah, dia menemui Allah lagi dan menyatakan kekecewaannya. Untuk ketiga kalinya, Allah memberikan izin kepada iblis untuk mengganggu kesehatan Nabi Ayub. Iblis memasukkan sesuatu penyakit yang tidak ada obatnya ke dalam tubuh Nabi Ayub. Nabi Ayub menahan rasa sakit selama bertahun-tahun. Namun, segala rasa sakit tidak menghalangi ibadah Nabi ayub.

Penyakit Nabi Ayub semakin lama semakin parah. Sekalipun demikian, Nabi Ayub tetap tabah dan menerimanya sebagai cobaan dari Allah swt. Keimanannya kepada Allah swt tidak berkurang sedikitpun, justru beliau semakin rajin beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Iblis sangat kecewa dan tidak puas  dengan ketabahan Nabi ayub. Dengan demikin usaha iblis menjadi sia-sia.

Kesembuhan Nabi Ayub as

Penyakit  Nabi Ayub sangat parah sehingga ia hanya dapat berbaring. Semakin lama kondisinya semakin memburuk. Penyakit ini ia derita  sudah 18 tahun.

Masyarakat di sekitarnya melupakan kedermawanan  Nabi Ayub. Selama beliau sakit, seluruh  penduduk disekitarnya mengasingkan dirinya. Hanya istrinya yang mengurus segala keperluan Nabi ayub. Namun, iblis selalu menghasut istri Nabi Ayub yang bernama Rahmah. Iblis membisikkan kebencian ke dalam hati istri Nabi Ayub. Pada suatu hari, istri Nabi Ayub mengatakan hal-hal yang menyakiti  Nabi ayub. Nabi Ayub pun sangat sedih. Ia bersumpah apabila ia sembuh kelak, ia akan memukul istrinya sebanyak 100 kali.
Pada saat kondisi Nabi Ayub semakin lemah, Allah menurunkan wahyu kepadanya, “Hentakanlah kakimu sehingga muncul air yang sejuk untuk mandi dan minum.”

Nabi Ayub menghentakan kakinya ke tanah sehingga air  keluar. Air tersebut digunakan untuk mandi dan minum Nabi Ayub. Tidak lama kemudian, tubuh Nabi Ayub kembali sehat. Bahkan. Ia lebih sehat dan kuat dibanding sebelumnya.

Setelah sembuh, istri Nabi Ayub kembali kepada suaminya Nabi Ayub teringat dengan sumpahnya. Namun, ia tidak sampai hati memukul istrinya. Oleh karena itu, ia  tidak dapat  memenuhi sumpahnya. Setelah itu, turunlah perintah Allah agar Nabi Ayub melaksanakan sumpahnya. Ia diperintah memukul istrinya menggunakan 100 helai rumput yang diikat.

Kisah Nabi Ayub ini telah diceritakan dalam Al-Quran Surat Shaad ayat 41-44 yang artinya, “Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan” (Allah berfirman). “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), setelah itu pukullah  dengan ikatan rumput itu kepada istrimu agar kamu tidak melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)”

Kesabaran Nabi Ayub dapat dijadikan contoh bagi kita. Sebaiknya kita tidak cepat mengeluh pada saat menghadapi kesusahan dan hidup.

2 komentar:

Haji dan umroh